Ada
seorang penulis kenamaan Indonesia yang pernah membeberkan sedikit tipsnya saat
akan mulai menulis. Ia mengemukakan bahwa saat akan menulis fiksi, ia justru
akan membaca buku nonfiksi. Buku pengetahuan apapun yang bisa saja tidak ada
sangkut pautnya dengan cerita fiksi yang akan ia kerjakan. Dari penuturannya
itu, perlulah sedikit digali alasannya. Ternyata, membaca buku nonfiksi
membantunya menyegarkan pikiran. Berfokus pada sesuatu yang ilmiah, dan sejenak
mengesampingkan urusan sehari-hari. Meskipun beliau mengatakan bahwa itu adalah
cara uniknya yang mungkin tidak berlaku bagi orang lain.
Kemudian, terbitlah
sebuah buku berjudul Astrofisika untuk Orang Sibuk yang ditulis oleh Neil deGrasse
Tyson. Dari judulnya saja, bolehlah kita berekspektasi bahwa isinya akan cukup
sederhana, menuturkan astrofisika dengan bahasa orang awam namun setelah
selesai membaca, mereka akan kenyang akan pengetahuan. Buku ini langsung
mengingatkan pada alasan penulis di atas.
Pada prakatanya,
Neil deGrasse Tyson mengemukakan bahwa buku ini cocok bagi pembaca yang mencari
pengantar singkat dan bermakna pada bidang sains dan alam semesta. Singkatnya,
membantu pembaca memahami dasar atas segala gagasan dan penemuan besar yang
mendukung pemahaman modern kita atas alam semesta ini.
Tujuan mulia
tersebut bisa kita pahami sebagai upaya untuk membuat manusia dewasa ini tetap
melek terhadap pemahaman dasar mengenai alam semesta, sekaligus melatih kembali
pemikiran logis kita. Misalnya saja pemahaman tentang bagaimana sains menjelaskan
alam semesta ini tercipta dengan mempelajari aktivitas kehidupan sebuah bintang
dan galaksi.
Buku Astrofisika
untuk Orang Sibuk ini diterbitkan pertama kali pada tahun 2017 dengan judul
asli Astrophysics for People In A Hurry, dan diterbitkan Gramedia
Pustaka Utama setahun kemudian dalam Bahasa Indonesia. Berisi 12 bab penuh
daging yang siap membuat pembaca mengunyah setiap kalimat demi kalimatnya,
sambil meresapi dan memahami kedalaman pengetahuan yang disuguhkan sang
penulis.
Meskipun begitu,
pembaca bisa saja cukup dibuat sedikit pusing pada 1 atau 2 bab awal buku ini.
Mengingat pembukaan atau penjelasan awalnya sangat terperinci pada sesuatu yang
sulit dan bahkan abstrak untuk dibayangkan, yakni awal mula terbentuknya alam
semesta melalui teori paling terkenal, Ledakang Besar (The Big Bang Theory).
Saking rincinya, bersiaplah untuk tenggelam dalam imajinasi untuk membayangkan
bagaimana wujud semesta pada satu detik hingga dua menit awal terciptanya
Barulah kemudian
selanjutnya, pembaca akan mulai mengenal beberapa nama yang familier, misalnya
seperti Sir Isaac Newton, hingga wahana antariksa legedaris Voyager 1 dan 2. Kebanyakan
pengetahuan dasar astronomi dan fisika ini telah didapatkan pada bangku sekolah
mulai SMP dan SMA. Namun Neil deGrasse Tyson tentu tidak akan mengulang
pelajaran tersebut di buku ini, sebaliknya ia menjelaskan rincian-rincian baru
yang membuat pikiran kita semakin terbuka dan tercerahkan. Mengingat kembali,
memahami kembali, sampai menambahkan informasi baru, dan menumpuknya menjadi
satu bentuk utuh dalam pikiran kita.
Tak lupa,
sang penulis dengan segala kerendahan hatinya juga memuji para ilmuwan
terdahulu atas kerja keras dan dedikasinya terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan sampai bisa kita dapatkan saat ini. Misalnya saja pujian akan
kekagumannya terhadap perhitungan dan prediksi para ilmuwan yang tepat sasaran,
“Dekatnya prediksi mereka dengan
jawaban yang benar adalah suatu prestasi mengagumkan bagi wawasan manusia.”
Pentingnya pemahaman
juga akan menuntun kita pada pemberian definisi yang tepat dan tak
berbelit-belit. Misalnya saja pengertian tentang materi gelap. Materi gelap
adalah benda misterius yang punya gravitasi tapi tidak berinteraksi dengan
cahaya dalam cara apapun yang diketahui. Apakah objek yang dimaksud? Ya, lubang
hitam (black hole). Salah satu adegan film paling memorable yang
menyertakan lubang hitam ada pada film Interstellar.
Pada bab-bab
selanjutnya, akan ada banyak istilah yang semakin populer bagi semua orang. Misalnya
saja tentang supernova, tahun cahaya, hingga penjelasan seberapa luas dan
jauhnya alam semesta tempat kita tinggal ini. Ilmuwan populer macam Albert
Einstein juga tak lupa dibahas pada buku ini, tentu saja mengenai teori
relativitasnya. Di mana ada massa, di situ ada gravitasi. Di mana ada
gravitasi, di situ ada ruang yang melengkung. Dan di mana ada ruang melengkung,
di situ bisa terbentuk sesuatu mirip lensa kaca biasa yang mengubah jalur
cahaya yang melewatinya.
Saling terkait
dan berkesinambungan antara satu teori dengan teori lainnya. Menjalin untaian
pemahaman dasar tentang alam semesta.
Kesimpulannya,
buku ini bisa disebut sebagai buku lanjutan umum dari pelajaran sains yang
telah diterima di bangku sekolah. Ketebalannya yang tak sampai 200 halaman ini
sudah cukup dan begitu berisi, sehingga bisa dibaca siapapun yang ingin tetap
melek dan menjaga kewarasannya terhadap ilmu pengetahuan, terutama yang
berkaitan dengan alam semesta. ***
Astrofisika untuk Orang Sibuk karya Neil
deGrasse Tyson
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Cetakan ketiga Agustus 2019
Tebal : 131 halaman
Alih Bahasa : Zia Anshor
Desain Sampul :
Pete Garceau
ISBN :
978-602-06-1632-2
No comments:
Post a Comment