Dokumentasi
Pribadi
Agatha
Christie adalah salah satu penulis perempuan ternama di dunia. Karya-karya
yang beliau tulis bergenre detektif dan misteri, seperti tentang pembunuhan.
Novel Agatha Christie pertama yang saya baca adalah Murder On The
Orient Express yang kala itu juga bersamaan dengan diluncurkannya film
dengan judul yang sama. Karena hal itu pula, cover buku yang
saya dapatkan pun merupakan poster dari filmnya.
Namun
seperti judul yang tertera di atas, bukan novel itu yang hendak dibahas kali
ini. Sebetulnya ada cerita lain yang sudah saya baca namun dalam versi komik
dan jumlah halamannya pun sedikit. Judulnya adalah Sepuluh Anak Negro.
Setelah mencari keterangan lain tentang kisah ini, saya menemukan fakta bahwa
ternyata judul asli cerita ini waktu pertama kali terbit di Inggris
adalah Ten Little Niggers. Sedangkan ketika terbit di Amerika
Serikat, judulnya diubah menjadi And Then There Were None. Uniknya,
penerbit versi komik yang saya baca ini memilih untuk menggunaan judul Sepuluh
Anak Negro yang merupakan terjemahan dari Ten Little
Niggers tapi juga menyematkan And Then There Were None di
atasnya. Barangkali bermaksud menggabungkannya keduanya dan tidak memihak ke
salah satu.
Sebelum
saya ulas lebih lanjut, perlu diketahui pula bahwa saya mendapatkan buku ini
pada bazar buku di gedung Landmark Braga Kota Bandung sekitar tahun 2017. Saya
sendiri tertarik membelinya karena tahu akan nama besar dari Agatha Christie
dan karena belum penah membaca karyanya pula.
Kesan
pertama yang saya rasakan ketika membuka buku ini adalah menyeramkan. Ya, kisah
pembunuhan memang cukup membuat bulu kuduk berdiri dan membuat tak nyaman
ketika sendiri. Bagaimana tidak, sepuluh orang dengan latar belakang yang
berbeda-beda tiba-tiba mendapat undangan dari seseorang untuk berlibur di
sebuah pulau kecil yang ternyata merupakan pengadilan bagi mereka. Segala
keperluan telah disiapkan dan mereka hanya tinggal membawa pakaian dan barang
lain yang sekiranya perlu. Bertemu di tempat yang sama sebelum akhirnya naik
kapal menuju ke pulau itu. Nama-nama kesepuluh orang itu adalah:
1. Lawrence Wargrave (seorang hakim)
2. Vera Claythorne
3. Philip Lombard (seorang Letnan)
4. Emily Brent
5. John Gordon McCarthur
6. Edward George Armstrong (seorang Dokter)
7. Anthony James Marston
8. William Henry Blore
9. Thomas Rogers
10. Mary
Rogers
Nama
pulau yang menjadi tujuan mereka adalah Pulau Negro. Setelah sama-sama
berangkat dari stasiun Paddington, mereka melakukan perjalanan laut sambil
sedikit-sedikit berkenalan satu sama lain. Namun dari kesepuluh orang itu,
sebenarnya tidak semuanya bersamaan berangkat. Sudah ada Thomas dan Mary Rogers
di villa yang akan mereka tempati dan bertugas mempersiapkan dan melayani
semuanya. Dari penuturan Thomas Rogers, ia dan istrinya Mary tiba-tiba saja
mendapatkan surat dari Mr. Owen untuk pergi ke Pulau Negro dan mengurus villa.
Mr. Owen memberitahukan segalanya dengan rinci sehingga Thomas yakin orang ini
sungguh-sungguh, Mr. Owen sendiri dikabarkan akan terlambat tiba di pulau itu.
Ketika
mereka sudah sampai di pulau tersebut, mulailah mereka berkeliling dan saling
memperkenalkan diri. Kamar yang mereka tempati masing-masing terdapat sebuah
lukisan atau apapun itu yang berisi tulisan tentang sepuluh anak negro. Mungkin
kalimat-kalimat yang ditulis kurang tepat jika disebut tulisan biasa, tulisan
itu pulalah yang akhirnya akan menentukan nasib dari kesepuluh orang itu. Isi
tulisan tersebut seperti ini...
Sepuluh anak negro makan malam, seorang
tersedak, tinggal sembilan.
Sembilan anak negro bergadang jauh malam,
seorang ketiduran, tinggal delapan.
Delapan anak negro berkelililng Devon,
seorang tak mau pulang, tinggal tujuh.
Tujuh anak negro mengapak kayu, seorang
terkapak, tinggal enam.
Enam anak negro bermain sarang lebah,
seorang tersengat, tinggal lima.
Lima anak negro belajar ilmu hukum,
seorang jadi pengacara, tinggal empat.
Empat anak negro pergi ke laut, seorang
dimakan ikan herring merah, tinggal tiga.
Tiga anak negro pergi ke kebun binatang,
seorang diterkam beruang, tinggal dua.
Dua anak negro duduk berjemur, seorang
hangus, tinggal satu.
Seorang anak negro menggantung diri,
habislah sudah!
Bagaimana?
Sebuah ide yang luar biasa menakjubkan dari sang penulis Agatha Christie.
Dengan tidak adanya orang lain selain dari sepuluh orang itu, setelah dua orang
pertama tewas, mereka mulai saling mencurigai. Masing-masing memiliki dugaan
siapa pelaku yang berlindung di balik nama Mr. Owen. Sampai pada akhirnya
mereka sadar bahwa orang bernama Mr. Owen itu tidak ada. Owen dari kata unknown alias
tidak diketahui. Entah siapa, apa maksud dan tujuannya, dan bagaimana dia
bekerja dan menyusun rencana untuk kesepuluh orang ini.
Seperti
yang saya sebut di awal bahwa ini adalah karya Agatha Christie pertama yang
saya baca, maka dengan cerita seperti ini pandangan pertama saya mengenai
beliau langsung tinggi. Dalam arti bikin geleng-geleng saking takjubnya dan
saya memberikan apresiasi yang tinggi pada beliau. Saya jadi tertarik untuk
membaca karya beliau yang lainnya namun dengan catatan harus menyiapkan
keberanian diri yang tinggi.
Intinya
cerita luar biasa yang dicetak dalam bentuk komik ini sangat berkesan bagi
saya. Saya tidak akan menceritakan secara rinci bagaimana proses pembunuhan
dari kesepuluh orang itu dan siapa di balik semuanya kepada para pembaca di
blog ini.
Semoga
dengan sedikit ulasan ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan saya senang sekali
bila ada yang bersedia untuk menanggapi. Terima kasih, selamat membaca!
AGATHA
CHRISTIE
And
Then There Were None
Sepuluh
Anak Negro
Story
by :
François Rivière
Illustration
& Color : Frank Leclercq
ISBN:
978-602-00-1887-4
Alih
Bahasa :
Bunga Chetah Anastasia
Editor :
Maria Adisrstika
Desain
Sampul :
Henrikus Ariyanto
For
distribution & sale in Indonesia only
PT
ELEX MEDIA KOMPUTINDO
KOMPAS
GRAMEDIA BUILDING
No comments:
Post a Comment