Sunday, October 27, 2019

Sepuluh Anak Negro Karya Agatha Christie (ulasan versi komik)



Dokumentasi Pribadi


Agatha Christie adalah salah satu penulis perempuan ternama di dunia. Karya-karya yang beliau tulis bergenre detektif dan misteri, seperti tentang pembunuhan. Novel Agatha Christie pertama yang saya baca adalah Murder On The Orient Express yang kala itu juga bersamaan dengan diluncurkannya film dengan judul yang sama. Karena hal itu pula, cover buku yang saya dapatkan pun merupakan poster dari filmnya.

Namun seperti judul yang tertera di atas, bukan novel itu yang hendak dibahas kali ini. Sebetulnya ada cerita lain yang sudah saya baca namun dalam versi komik dan jumlah halamannya pun sedikit. Judulnya adalah Sepuluh Anak Negro. Setelah mencari keterangan lain tentang kisah ini, saya menemukan fakta bahwa ternyata judul asli cerita ini waktu pertama kali terbit di Inggris adalah Ten Little Niggers. Sedangkan ketika terbit di Amerika Serikat, judulnya diubah menjadi And Then There Were None. Uniknya, penerbit versi komik yang saya baca ini memilih untuk menggunaan judul Sepuluh Anak Negro yang merupakan terjemahan dari Ten Little Niggers tapi juga menyematkan And Then There Were None di atasnya. Barangkali bermaksud menggabungkannya keduanya dan tidak memihak ke salah satu.

Sebelum saya ulas lebih lanjut, perlu diketahui pula bahwa saya mendapatkan buku ini pada bazar buku di gedung Landmark Braga Kota Bandung sekitar tahun 2017. Saya sendiri tertarik membelinya karena tahu akan nama besar dari Agatha Christie dan karena belum penah membaca karyanya pula. 

Kesan pertama yang saya rasakan ketika membuka buku ini adalah menyeramkan. Ya, kisah pembunuhan memang cukup membuat bulu kuduk berdiri dan membuat tak nyaman ketika sendiri. Bagaimana tidak, sepuluh orang dengan latar belakang yang berbeda-beda tiba-tiba mendapat undangan dari seseorang untuk berlibur di sebuah pulau kecil yang ternyata merupakan pengadilan bagi mereka. Segala keperluan telah disiapkan dan mereka hanya tinggal membawa pakaian dan barang lain yang sekiranya perlu. Bertemu di tempat yang sama sebelum akhirnya naik kapal menuju ke pulau itu. Nama-nama kesepuluh orang itu adalah:

1.      Lawrence Wargrave (seorang hakim)
2.      Vera Claythorne
3.      Philip Lombard (seorang Letnan)
4.      Emily Brent
5.      John Gordon McCarthur
6.      Edward George Armstrong (seorang Dokter)
7.      Anthony James Marston
8.      William Henry Blore
9.      Thomas Rogers
10.  Mary Rogers

Nama pulau yang menjadi tujuan mereka adalah Pulau Negro. Setelah sama-sama berangkat dari stasiun Paddington, mereka melakukan perjalanan laut sambil sedikit-sedikit berkenalan satu sama lain. Namun dari kesepuluh orang itu, sebenarnya tidak semuanya bersamaan berangkat. Sudah ada Thomas dan Mary Rogers di villa yang akan mereka tempati dan bertugas mempersiapkan dan melayani semuanya. Dari penuturan Thomas Rogers, ia dan istrinya Mary tiba-tiba saja mendapatkan surat dari Mr. Owen untuk pergi ke Pulau Negro dan mengurus villa. Mr. Owen memberitahukan segalanya dengan rinci sehingga Thomas yakin orang ini sungguh-sungguh, Mr. Owen sendiri dikabarkan akan terlambat tiba di pulau itu.

Ketika mereka sudah sampai di pulau tersebut, mulailah mereka berkeliling dan saling memperkenalkan diri. Kamar yang mereka tempati masing-masing terdapat sebuah lukisan atau apapun itu yang berisi tulisan tentang sepuluh anak negro. Mungkin kalimat-kalimat yang ditulis kurang tepat jika disebut tulisan biasa, tulisan itu pulalah yang akhirnya akan menentukan nasib dari kesepuluh orang itu. Isi tulisan tersebut seperti ini...

Sepuluh anak negro makan malam, seorang tersedak, tinggal sembilan.
Sembilan anak negro bergadang jauh malam, seorang ketiduran, tinggal delapan.
Delapan anak negro berkelililng Devon, seorang tak mau pulang, tinggal tujuh.
Tujuh anak negro mengapak kayu, seorang terkapak, tinggal enam.
Enam anak negro bermain sarang lebah, seorang tersengat, tinggal lima.
Lima anak negro belajar ilmu hukum, seorang jadi pengacara, tinggal empat.
Empat anak negro pergi ke laut, seorang dimakan ikan herring merah, tinggal tiga.
Tiga anak negro pergi ke kebun binatang, seorang diterkam beruang, tinggal dua.
Dua anak negro duduk berjemur, seorang hangus, tinggal satu.
Seorang anak negro menggantung diri, habislah sudah!

Bagaimana? Sebuah ide yang luar biasa menakjubkan dari sang penulis Agatha Christie. Dengan tidak adanya orang lain selain dari sepuluh orang itu, setelah dua orang pertama tewas, mereka mulai saling mencurigai. Masing-masing memiliki dugaan siapa pelaku yang berlindung di balik nama Mr. Owen. Sampai pada akhirnya mereka sadar bahwa orang bernama Mr. Owen itu tidak ada. Owen dari kata unknown alias tidak diketahui. Entah siapa, apa maksud dan tujuannya, dan bagaimana dia bekerja dan menyusun rencana untuk kesepuluh orang ini.

Seperti yang saya sebut di awal bahwa ini adalah karya Agatha Christie pertama yang saya baca, maka dengan cerita seperti ini pandangan pertama saya mengenai beliau langsung tinggi. Dalam arti bikin geleng-geleng saking takjubnya dan saya memberikan apresiasi yang tinggi pada beliau. Saya jadi tertarik untuk membaca karya beliau yang lainnya namun dengan catatan harus menyiapkan keberanian diri yang tinggi.

Intinya cerita luar biasa yang dicetak dalam bentuk komik ini sangat berkesan bagi saya. Saya tidak akan menceritakan secara rinci bagaimana proses pembunuhan dari kesepuluh orang itu dan siapa di balik semuanya kepada para pembaca di blog ini.

Semoga dengan sedikit ulasan ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan saya senang sekali bila ada yang bersedia untuk menanggapi. Terima kasih, selamat membaca!

AGATHA CHRISTIE
And Then There Were None
Sepuluh Anak Negro
Story by                      : François Rivière
Illustration & Color   : Frank Leclercq
ISBN: 978-602-00-1887-4
Alih Bahasa                 : Bunga Chetah Anastasia
Editor                          : Maria Adisrstika
Desain Sampul           : Henrikus Ariyanto
For distribution & sale in Indonesia only
PT ELEX MEDIA KOMPUTINDO
KOMPAS GRAMEDIA BUILDING



No comments:

Post a Comment